-->
Pantai barat, ketika senja luruh perlahan
Matahari bulat menguning
Seperti lelah perlahan meredup
Camar mengepak merindu sarang
Disini suasana selalu serupa,layaknya surga
Akhir 2005, telah berwaktu-waktu semenjak aku benar-benar mencintaimu
Hingga kini, Setelah berjuta-juta depa kaki ini melangkah pergi
Ada makna yang mengalir deras
Layaknya guru yang tak pernah jemu mengajari
Sisi yang terbangun karenanya
Sisi yang lebih memahami diri ini sendiri
Mencintai bukan hanya pengorbanan tanpa akhir
Namun juga menggapai masa yang lebih gemilang
Walau selalu saja ada satu titik, dimana ada hening menghunjam hati
Itulah karma, sebagai bukti ketidakmampuan manusia

Ada saat ketika aku sangat merindu akanmu
Selamat senja perempuan
Kekecewaan bukan untuk membuat kita bunuh diri
Ingat!
Bukan untuk bunuh diri
catatan menuju keabadian

Kubiarkan Kau Pergi

Ku biarkan kau pergi
Walau jauh menyebarangi samudera
Menuju negeri yang akan kau tempati sendiri
Tanpa aku, tanpa kita

Kurelakan kau menjauh
Meninggalkan semua mimpi-mimpi indah bersama
Membakar hangus semua cerita yang telah kita lalui
Demi kita, demi sisa usia yang masih bisa kita isi dengan hal terbaik

Kubiarkan kau hilang bersama waktu yang terus berjalan
Bersama zaman yang akan berganti
Agar tak ada lagi hati yang tersakiti...

Aku dan putri dari negeri dewa-dewa

Kucoba untuk kembali
Kembali kemasa jiwa belum terkotori noda-noda kehidupan menghitam
Yang membuat kusam lembaran putih pemberian tuhan
Aku adalah anak desa kecil bertelanjang dada
Berbau masam tanah rimba belantara
Menghirup udara yang berputar-putar diantara pepohonan tinggi menjulang
Begitu riang melompat-lompat menaburi tanah desa dengan canda tawa
Aku adalah anak desa kecil tak pernah mengenal gemerlap hidup kota
Gemerlap yang menyimpan selaksa dusta
Gemerlap yang berikan janji-janji hitam
Gemerlap yang kusamkan lembaran putih pemberian tuhan
Aku adalah anak desa kecil memiliki cita putih seputih bulan purnama yang tergantung indah disudut langit desa
Memiliki cita pada gadis kecil bertopi lebar yang menari-nari dirimbun pohon-pohon batas desa
Gadis kecil yang cantik jelita bagai putri dari negeri dewa-dewa
Menabur cinta pada bunga-bunga, pada pohon-pohon, pada burung-burung, pada semilir angin pucuk daun

Ah, aku iri pada itu semua
Aku iri pada bunga-bunga, aku iri pada pohon-pohon, aku iri pada burung-burung, aku iri pada semilir angin
Aku iri karena putri tak melihatku disini, dipunggung sapi gembala
Aku iri karena putri tidak menari-nari menabur cinta disini, dihamparan hijau rumput desa
Inginku menjadi bunga-bunga, agar putri mencium harumku
Inginku menjadi pohon-pohon, agar putri mengajakku menari-nari
Inginku menjadi burung-burung, agar kicauku damaikan hati sang putri
Inginku menjadi semilir, agar dapat membelai indah rambut sang putri
Inginku menjadi segala, agar putri menabur cinta padaku

Ah, aku harus kesana, ketempat putri bersenandung damai kehidupan desa
Ketempat putri menari-nari dengan sejuta damai, dengan sejuta rasa
Namun aku hanya terpesona disini, dibalik daun talas tepi parit berlumpur nodai kaki celana
Aku tak kuasa menyibak daun ini, melangkah kesana mengucap cita, memegang tangan sang putri menabur cinta bersama
Aku hanya mampu terpesona dan terus akan menjadi pesona
Hingga kini dan sampai kapanpun juga
Dan terbanglah seperti burung-burung walet adinda
Terbanglah adinda
Terbanglah seperti burung-burung walet
Kembangkan sayapmu, meliuklah
Jadikan harimu indah, jadikan damai
Iringi tarian pucuk-pucuk pohon
Candai hembusan angin
Buyarkan kebekuan kabut
Belah cakrawala ini dengan keyakinanmu

Terbanglah adinda
Bebaskan dirimu dari belenggu jiwa
Lepaskan segala duka
Lepaskan segala bimbang
Lepaskan seiring kepak sayapmu
Seiring laju tubuhmu jelajahi semesta

Terbanglah adinda
Jadikan langit biru bagai kanvas
Tempat kau lukis hidupmu
Kau simpan sejarahmu
Dalam keagungan semesta raya
Dimana akan menjadi penyadar khilafmu
Sebagai penuntun, sebagai menuntun

Terbanglah adinda
Terbanglah dan aku akan menjadi ranting
Tempat sejenak lelahmu
Sesaat galaumu
Sekejap inginmu
Hingga menyatu kembali hastratmu
Terbentuk anganmu
Dan terbanglah seperti burung-burung walet adinda
Sahabat
Pagi memang selalu datang
Matahari akan tetap bersinar
Menerangi tiap sisi-sisi hidup
Tapi dimatamu ada malam yang tak kunjung beranjak
Ada awan hitam tutupi bintang-bintang
Gelap pekat sesakkan nafasmu
Jiwa mungkin telah merindukan setitik api tuk membakar hati
Menghangatkan rasa yang telah membeku
Namun badai tak pernah merestui itu
Dan kau kecewa, putus asa...
Terjabak dalam situasi yang semakin menggila
Bangkitlah, bakarkan lagi api-api dijiwamu
Bakarkan, hingga benar-benar berkobar
Bakarkan, hingga badai tak lagi berarti
Bakarkan, hingga tak ada lagi dingin yang membeku
Bakarkan, hingga tak ada lagi malam yang pekat
Dan matahari akan terbit esok pagi
Disela-sela embun sejukkan hati
Burung-burung berkicau menyambut datangnya sipenghuni hari...


0 komentar:

Posting Komentar

 
ghandy © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top